Minggu, 19 September 2010

I. Istana Trayastrimsa Varga Rddhidhi Jnanam

Demikianlah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha berdiam di Surga Trayastrimsauntuk membabarkan Dharma kepada ibu-Nya.
Pada saat itu terdapat sejumlah besar Buddha maupun Bodhisattva Mahasattva agung yang tak terhitung dari dunia yang tak terbatas di sepuluh penjuru, semua berkumpul bersama untuk memuji kemampuan Buddha Sakyamuni menampilkan kebijaksanaan dan daya gaib yang tak terungkapkan di dunia dengan Lima Kerusuhan, demikian juga kemampuan-Nya untuk membimbing dan menundukkan mahluk hidup yang keras kepala sehingga mereka dapat menyadari dharma tentang penderitaan dan kebahagiaan. Masing-masing mengirimkan pengikutnya untuk memberikan penghormatan kepada Yang Dijunjungi.

Pada saat itu Hyang Tathagata tersenyum dan memancarkan ratusan ribu koti awan bercahaya seperti Mahaparipurna Megha, Mahamaitri Megha, Mahajnana Megha, Mahaprajna Megha, Mahasamadhi Megha, Mahasri Megha, Mahapunya Megha, Mahaguna Mega, Mahasarana Megha, Mahastotra Megha. Sesudah memancarkan lebih banyak awan cahaya, Beliau juga mngeluarkan berbagai suara yang halus dan merdu seperti suara Danaparamita, suara Silaparamita, suara Ksantiparamita, suara Viryaparamita, suara Dhyanaparamita, dan suara Prajnaparamita, suara Maitri, suara Karuna, suara Upeksha, suara Mahasimhanada, suara Garjita, suara Mahagarjita, dan sebagainya.
Setelah suara-suara yang tak terungkapkan itu dipancarkan, para dewa, naga, setan, dan malaikat dari dunia Saha ini dan dunia lainnya datang berkumpul di istana Surga Trayastrimsa. Mereka datang dari Surga Catur Maharaja Kajika, Surga Trayastrimsa, Surga Suyama, Surga Tusita, Surga Nirmanarati, Surga Paranirmita-Vasavartin, Surga Brahmakajika, Surga Brahmapuronita, Surga Mahabrahma, Surga Parittabha, Surga Apramanabha, Surga Abhasvara, Surga Parittasubha, Surga Apramanasubha, Surga Subhakrtsna, Surga Punyapravasa, Surga Anabhraka, Surga Bhratphala, Surga Asanjnisttva, Surga Avrha, Surga Atapa, Surga Sudrsa, Surga Sudarsana, Surga Akanistha, hingga Surga Naivasamjnanasamjnayatana.

Selain itu malaikat penguasa lautan, sungai, pohon, gunung, bumi, danau, penguasa ladang, siang, malam, angkasa, malaikat surga, makanan dan minuman, hutan, dan malaikat lainnya dari dunia Saha dan dunia lainnya semua berkumpul bersama.

Di samping itu semua raja setan di dunia Saha ini dan dunia lainnya berkumpul bersama. Mereka adalah Raja Setan Bermata Kejam, Raja Setan Peminum Darah, Raja Setan Pemakan Saripati dan Tenaga, Raja Setan Pemakan Kandungan dan Telur, Raja Setan Penyebar Penyakit, Raja Setan Penolak Racun, Raja Setan Pengasih, Raja Setan Pemberi Berkah, Raja Setan Berbudi Luhur, dan lainnya.

Pada saat itu Buddha Sakyamuni berkata kepada Pangeran Dharma, Bodhisattva Manjusri: " Bila engkau melihat para Buddha, Bodhisattva, dewa, naga, setan, dan malaikat dari dunia ini dan dunia lainnya yang berkumpul sekarang di Surga Trayastrimsa, apakah engkau bisa mengetahui jumlah mereka?"

Manjusri berkata kepada Hyang Buddha: "Yang Dijunjungi, sekalipun aku menghitung dan menaksir dengan daya gaibku selama seribu kalpa, aku tidak akan mampu menghitungnya."

Hyang Buddha memberitahukan kepada Manjusri: "Bila aku memperhatikan dengan mata Buddhaku, jumlah mereka adalah tidak habis-habisnya. Selama berkalpa-kalpa semua mahluk ini telah diselamatkan, sedang diselamatkan, dan akan diselamatkan, telah disempurnakan, sedang disempurnakan, dan akan disempurnakan oleh Bodhisattva Ksitigarbha."

Manjusri berkata kepada Hyang Buddha: "Yang Dijunjungi, aku telah menanam akar kebajikan selama berkalpa-kalpa dan telah memperoleh kebijaksanaan yang tak ter-rintangi. Bila aku mendengar sabda Hyang Buddha, aku segera menerimanya dengan keyakinan. Tetapi mereka yang berada di Jalan Sravaka dengan pencapaian terbatas, dewa, naga, dan lainnya dari delapan kelompok mahluk suci dan mahluk hidup lainnya di masa yang akan datang mungkin bisa mendengar kata-kata Tathagata yang tulus dan nyata, tetapi pasti akan timbul keragu-raguan. Jika mereka dipaksa untuk menerima ajaran ini, mereka mungkin tidak akan terhindar dari menghinanya. Yang Dijunjungi tolong jelaskan perbuatan Bodhisattva Ksitigarbha sewaktu Dia masih menempuh jalan Bodhisattva dan ceritakanlah tentang ikrar yang dibuat sehingga memungkinkan-Nya untuk melaksanakan tugas yang tak terbayangkan ini."

Hyang Buddha berkata kepada Manjusri: "Dengan menggunakan perumpamaan, jika seluruh tumbuh-tumbuhan, gunung, batu, dan titik debu di dalam jutaan dunia dijumlahkan, dan masing-masing dijadikan sebuah sungai Gangga, sedangkan di dalam masing-masing sungai Gangga setiap butir pasirnya menjadi satu dunia dan di dalam setiap dunia itu setiap titik debunya menjadi satu kalpa. Kalikanlah jumlah ini dengan seribu kali dan ketahuilah bahwa selama itu pula Bodhisattva Ksitigarbha tetap tinggal dalam posisi Bumi Kesepuluh. Sedangkan berdiamNya di bumi Sravaka dan Paccekabuddha adalah jauh lebih lama lagi."

Manjusri, semangat dan ikrar yang mengagumkan dari Bodisattva ini adalah di luar jangkauan pikiran. Jika terdapat putra-putri berbudi di masa yang akan datang mendengar nama Bodhisattva ini, memujiNya, memuja, dan memberikan persembahan padaNya, atau jika mereka melukis dan mencetak gambarNya, mengukir atau melapisi rupangNya, mereka akan terlahir di Surga Tryastrimsa seratus kali, dan tidak akan terjatuh ke dalam alam sengsara."

"Manjusri, berkalpa-kalpa tak terhitung di masa lalu, pada masanya Buddha yang bernama
Tathagata Simhavikriditaparipurnacarya, Bodhisattva Ksitigarbha adalah anak seorang sesepuh. Sewaktu melihat penampilan Buddha tersebut yang sangat agung dan indah, anak sesepuh itu menanyakan perbuatan dan ikrar agung apa yang menyebabkan Beliau memperoleh rupa seperti itu. Buddha itu berkata: 'Jika engkau ingin memperoleh tubuh seperti ini, engkau harus membebaskan mahluk hidup yang sedang mengalami penderitaan selama berkalpa-kalpa.' "

"Manjusri, anak sesepuh itu kemudian membuat ikrar ini: 'Selama kalpa yang tak terhitung sampai dengan batas akhir dari masa yang akan datang, aku akan mencipatakan berbagai upaya untuk menyelamatkan mahluk hidup yang menderita dan berdosa di dalam Enam Alam. Bila mereka semua telah dibebaskan barulah aku sendiri akan menyempurnakan Jalan Buddha.'
Semenjak Dia membuat ikrar ini di hadapan Buddha tersebut sampai sekarang, ratusan ribu nayuta kalpa telah berlalu, dan Dia masih menjadi seorang Bodhisattva."

"Selain itu, pada asamkheya kalpa tak terhitung di masa lalu ada seorang Buddha bernamaTathagata Padmadhisvararaja. Masa kehidupan Buddha tersebut mencapai jutaan asamkheya kalpa."

"Pada masa ajaran duplikat hidup seorang putri Brahmana yang banyak menanam pahala pada kehidupan-kehidupan sebelumnya sehingga dia kini dihormati oleh setiap orang, sewaktu berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring dia selalu dijaga dan dilindungi oleh para dewa. Sekalipun demikian, ibunya mempunyai kepercayaan yang tidak benar dan seringkali menghina Triratna. Wanita bijak tersebut menciptakan berbagai upaya untuk mendorong ibunya agar memegang pandangan yang benar, akan tetapi ibunya tidak percaya sepenuh hati. Tidak lama kemudian dia meninggal dan arwahnya terjatuh ke dalam neraka Avici."

"Mengetahui bahwa ibunya selama hidup di dunia tidak mempercayai hukum karma, putri Brahmana itu menyadari bahwa sesuai dengan karmanya itu ibunya akan terlahir di alam sengsara. Karena itu dia menjual rumah keluarganya, membeli dupa, bunga, dan perlengkapan lainnya dan melakukan pemujaan besar-besaran di vihara Buddha tersebut. Sewaktu melihat rupang Tathagata Padmasamadhisvararaja yang indah dan agung di vihara, putri Brahmana itu menjadi lebih khidmad. Sambil menatap rupang yang dihormati itu dia berpikir dalam hati: Hyang Buddha juga disebut Dia Yang Mendapat Penerangan Sempurna dan Maha Tahu. Jika Beliau berada di dunia dan aku bertanya kepadaNya, tentu Dia tahu ke mana perginya ibuku setelah meninggal.' "

"Putri Brahmana itu menangis dengan kepala tertunduk untuk waktu yang lama sekali, kemudian dia meluruskan tatapannya kepada Hyang Tathagata. Tiba-tiba terdengar suara di langit yang berkata: 'Putri suci, janganlah bersedih, aku akan menunjukkan di mana ibumu berada.' "

"Putri Brahmana itu merangkapkan kedua tangannya ke langit dan berkata: 'Dewata dari mana yang datang menghiburku? Sejak kehilangan ibuku, aku terkenang kepadanya siang dan malam, tetapi aku tidak tahu harus bertanya kepada siapa tentang tempat tumimbal lahirnya.' "

"Suara itu kembali berkumandang di langit dan berkata kepada putri suci itu: 'Aku adalah Tathagata Padmasamadhisvararaja yang engkau tatap dan puja. Karena melihat kebaktianmu kepada ibumu adalah jauh lebih besar dibandingkan mahluk hidup lainnya, akan kutunjukkan kepadamu tempat tumimbal lahirnya.' "

"Begitu mendengar suara ini, putri Brahmana itu sangat terharu, dan menjatuhkan dirinya ke tanah, sampai kaki dan tangannya patah semua. Mereka yang berada di sekitarnya menolongnya, dan sesudah dia disadarkan sebentar, dia menengadah ke langit dan memohon kepada Hyang Buddha: 'Kasihanilah diriku dan beritahukanlah tempat tumimbal lahir ibuku secepatnya; kematianku sendiri sudah dekat.' "

"Tathagata Padmasamadhisvararaja berkata kepada putri suci itu: 'Sesudah selesai memberikan persembahan, pulanglah ke rumah segera. Duduklah dengan tegak sambil merenungkan namaku dan engkau pasti akan tahu tempat tumimbal lahir ibumu'. Sesudah selesai memuja Hyang Buddha, putri Brahmana itu kembali ke rumahnya, di mana teringat ibunya, dia duduk dengan tegak sambil merenungkan Tathagata Padmasamadhisvararaja."

"Sesudah lewat sehari dan semalam tiba-tiba dia mendapatkan dirinya berada di tepi pantai yang airnya mendidih dan bergelembung. Banyak binatang buas dengan tubuh besi terbang berseliwiran di atasnya. Dia melihat ribuan dan jutaan laki-laki dan perempuan timbul dan tenggelam di dalam air, dicabik dan ditelan binatang itu. Dia juga melihat para Yaksa, masing-masing dengan bentuk yang berbeda; ada yang bertangan banyak, bermata banyak, berkaki banyak, maupun berkepala banyak. Gigi yang tajam bagaikan pisau mencuat dari mulut mereka, dan mereka menggiring para hukuman ke arah binatang buas tersebut. Beberapa Yaksa menjambak para hukuman, mematahkan atau memutar kepala dan kaki mereka ke dalam berbagai bentuk yang sangat mengerikan untuk dilihat."

"Dalam pada itu putri Brahmana tersebut tetap tenang dan tidak takut karena kekuatan dari mengingat Hyang Buddha. Seorang raja setan bernama Amagadha datang menyambut putri Brahmana dengan hormat sambil berkata: 'Bodhisattva yang mulia, mengapa engkau datang ke tempat ini?' "

"Putri Brahmana itu bertanya kepada raja setan: 'Tempat apakah ini?' "

"Raja setan menjawab: 'Ini adalah lautan pertama dari sisi barat Mahacakravala' "

"Putri Brahmana bertabya pula: 'Pernah kudengar bahwa alam neraka itu berada di dalam Mahacakravala. Apakah benar begitu?' "

"Raja setan menjawab: 'Betul, neraka itu sebenarnya berada di sini.' "

"Putri Brahmana bertanya: 'Bagaimana aku bisa berada di neraka?' "

"Raja setan menjawab: 'Tidak ada seorang pun yang bisa ke sini kecuali dia mempunyai kekuatan gaib, dibimbing oleh Buddha atau karena karma buruknya.' "

"Putri Brahmana bertanya: 'Mengapa air itu mendidih dan mengapa terdapat banyak sekali orang hukuman dan binatang buas?' "

"Raja neraka menjawab: 'Ini adalah orang-orang berdosa dari Jambudvipa yang baru meninggal, di mana selama empat puluh sembilan hari pertama sesudah mereka meninggal tidak ada (keluarga atau teman dekat) yang melakukan perbuatan yang memberikan pahala atas nama mereka untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan. Lagipula, selama hidupnya mereka tidak pernah melakukan kebaikan. Sesuai dengan perbuatan jahat mereka muncullah neraka dan mereka harus mngarungi lautan mendidih ini dulu. Sepuluh ribu yojana ke timur ada lautan lain yang penderitaannya dua kali lipat dari lautan ini. Ke arah timur dari situ terdapat lautan lainnya yang penderitaannya bertambah dua kali lipat lagi.
Ketiga lautan ini dinamakan Lautan Samsara. Mereka yang melakukan kejahatan melalui ketiga wadah Karma yaitu badan, mulut, dan pikiran, sesudah meninggal langsung dibuang ke lautan ini.' "

"Putri Brahmana bertanya lagi: 'Di mana letaknya neraka?' "

"Raja setan menjawab: 'Di dalam ketiga lautan ini terdapat ratusan ribu neraka besar, masing-masing berbeda jenisnya. Ada delapan belas yang terutama dikenal sebagai neraka besar. Yang lebih kecil ada lima ratus dengan penderitaan yang kejam dan tak terbatas, selain itu ada seratus ribu lebih bagi mereka yang dosanya lebih ringan.' "

"Putri Brahmana itu berkata lagi kepada raja setan: 'Ibuku juga baru meninggal, dan aku tidak tahu arwahnya berada di mana.' "

"Raja setan itu bertanya: 'Sewaktu ibumu masih hidup, apa yang menjadi kebiasaannya?' "

"Putri Brahmana menjawab: 'Ibuku mempunyai pandangan yang salah, suka mencemooh dan menghina Triratna. Sekalipun dia kadang-kadang percaya, itu pun umumnya tidak lama dan kemudian dia tidak menghormat lagi. Meskipun dia baru meniggal beberapa hari, aku tidak tahu tempat tumimbal lahirnya.' "

"Raja setan bertanya: ' Apakah nama dan marga dari ibumu?' "

"Putri Brahmana menjawab: 'Kedua orang tuaku berasal dari kaum Brahmana, ayah bernama Sila Sudarshan, ibuku bernama Vatri.' "

"Raja setan Amagadha merangkapkan kedua tangannya dengan hormat dan memberitahukan Putri Brahmana itu: 'Putri Suci, kembalilah ke tempat tinggalmu. Jangan kuatir atau bersedih, karena perempuan berdosa Vatri telah terlahir di surga tiga hari yang lalu. Dikatakan bahwa dia ditolong oleh anaknya yang berbakti dengan melakukan persembahan dan menanam pahala untuknya di vihara Tathagata Padmasamadhisvararaja. Tidak hanya ibu sang Bodhisattva yang memperoleh pembebasan dari neraka, bahkan disebabkan oleh pahala yang sangat besar itu, orang berdosa lainnya yang seharusnya menderita hukuman tak terputus juga memperoleh kebahagiaan dan telah dilahirkan kembali.'
Setelah selesai berbicara, raja setan itu mengundurkan diri sambil merangkapkan tangannya dengan hormat."

"Putri Brahmana itu merasa dirinya bagaikan terbangun dari mimpi, merasa sangat lega dan bergembira, dia kembali ke vihara dan mengucapkan suatu ikrar yang berat di hadapan rupang Tathagata Padmasamadhisvararaja dengan berkata: 'Aku berikrar, mulai sekarang hingga berkalpa-kalpa di masa yang akan datang, untuk menciptakan berbagai upaya guna menolong mahluk hidup yang menderita karena berbuat dosa serta agar mereka dapat membebaskan diri dari belenggu Samsara.' "

Hyang Buddha memberitahukan Manjusri, "Raja setan itu sekarang adalah Bodhisattva Dravyasri, sedangkan Putri Brahmana itu sekarang adalah Bodhisattva Ksitigarbha."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar